Senin, 28 Juli 2008

Anjing yang setia

Dikisahkan, di sebuah dusun tinggallah keluarga petani yang memiliki seorang anak masih bayi. Keluarga itu memelihara seekor anjing yang dipelihara sejak masih kecil. Anjing itu pandai, setia, dan rajin membantu si petani. Dia bisa menjaga rumah bila majikannya pergi, mengusir burung-burung di sawah dan menangkap tikus yang berkeliaran di sekitar rumah mereka. Si petani dan istrinya sangat menyayangi anjing tersebut.

Suatu hari, si petani harus menjual hasil panennya ke kota. Karena beban berat yang harus di bawanya, dia meminta istrinya ikut serta untuk membantu, agar secepatnya menyelesaikan penjualan dan sesegera mungkin pulang ke rumah. Si bayi di tinggal tertidur lelap di ayunan dan dipercayakan di bawah penjagaan anjing mereka.

Menjelang malam setiba di dekat rumah, si anjing berlari menyongsong kedatangan majikannya dengan menyalak keras berulang-ulang, melompat-lompat dan berputar-putar, tidak seperti biasanya. Suami istri itu pun heran dan merasa tidak tenang menyaksikan ulah si anjing yang tidak biasa. Dan Betapa kagetnya mereka, setelah berhasil menenangkan anjingnya…astaga, ternyata moncong si anjing berlumuran darah segar.
“Lihat pak! Moncong anjing kita berlumuran darah! Pasti telah terjadi sesuatu pada anak kita!” teriak si ibu histeris, ketakutan, dan mulai terisak menangis.
“Ha…benar! Kurang ajar kau anjing! Kau apakan anakku? Pasti telah kau makan!” si petani ikut berteriak panik.

Dengan penuh kemarahan, si petani spontan meraih sebuah kayu dan secepat kilat memukuli si anjing itu dan mengenai bagian kepalanya. Anjing itu terdiam sejenak. Tak lama dia menggelepar kesakitan, memekik perlahan dan dari matanya tampak tetesan airmata, sebelum kemudian ia terdiam untuk selamanya.

Bergegas kedua suami istri itu pun berlari masuk ke dalam rumah. Begitu tiba di kamar, tampak anak mereka masih tertidur lelap di ayunan dengan damai. Sedangkan di bawah ayunan tergeletak bangkai seekor ular besar dengan darah berceceran bekas gigitan.

Mereka pun segera sadar bahwa darah yang menempel di moncong anjing tadi adalah darah ular yang hendak memangsa anak mereka. Perasaan sesal segera mendera. Kesalahan fatal telah mereka lakukan. Emosi kemarahan yang tidak terkendali telah membunuh anjing setia yg mereka sayangi. Tentu, penyesalan mereka tidak akan membuat anjing kesayangan itu hidup kembali.

6 pertanyaan

Suatu hari Seorang Guru berkumpul dengan murid-muridnya. ..
Lalu beliau mengajukan enam pertanyaan.. .

Pertama...

"Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini... ???

Murid-muridnya ada yang menjawab..."orang tua", "guru", "teman", dan "kerabatnya" ...

Sang Guru menjelaskan semua jawaban itu benar...
Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah "kematian"..
Sebab kematian adalah PASTI adanya....

Lalu Sang Guru meneruskan pertanyaan kedua...

"Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini...???

Murid-muridnya ada yang menjawab... negara Cina", "bulan", "matahari", dan "bintang-bintang" ...

Lalu Sang Guru menjelaskan bahwa semua jawaban yang diberikan adalah benar...
Tapi yang paling benar adalah "masa lalu"...
Siapa pun kita... bagaimana pun kita...dan betapa kayanya kita... tetap kita
TIDAK bisa kembali ke masa lalu...
Sebab itu kita harus menjaga hari ini... dan hari-hari yang akan datang..

Sang Guru meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga...

"Apa yang paling besar di dunia ini...???

Murid-muridnya ada yang menjawab "gunung", "bumi", dan "matahari".. .

Semua jawaban itu benar kata Sang Guru ...
Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah "nafsu"...
Banyak manusia menjadi celaka karena memperturutkan hawa nafsunya...
Segala cara dihalalkan demi mewujudkan impian nafsu duniawi ...
Karena itu, kita harus hati-hati dengan hawa nafsu ini... jangan sampai
nafsu membawa kita ke neraka (atau kesengsaraan dunia dan akhirat)...

Pertanyaan keempat adalah...

"Apa yang paling berat di dunia ini...???

Di antara muridnya ada yang menjawab... "baja", "besi", dan "gajah"...
"Semua jawaban hampir benar...", kata Sang Guru .. tapi yang paling berat adalah "memegang amanah"...

Pertanyaan yang kelima adalah...

"Apa yang paling ringan di dunia ini...???

Ada yang menjawab "kapas", "angin","debu", dan "daun-daunan" ...
"Semua itu benar...", kata Sang Guru...
tapi yang paling ringan di dunia ini adalah "meninggalkan ibadah"...

Lalu pertanyaan keenam adalah...

"Apakah yang paling tajam di dunia ini...???

Murid-muridnya menjawab dengan serentak... "PEDANG...!! !"
"Hampir Benar...", kata Sang Guru tetapi yang paling tajam adalah "lidah manusia"...
Karena melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati... dan
melukai perasaan saudaranya sendiri...

Sudahkah kita menjadi insan yang selalu ingat akan KEMATIAN...
senantiasa belajar dari MASA LALU...
dan tidak memperturutkan NAFSU...??
Sudahkah kita mampu MENGEMBAN AMANAH sekecil apapun...
dengan tidak MENINGGALKAN IBADAH....
serta senantiasa MENJAGA LIDAH
kita...???

Kisah sebuah test masuk kerja

Ada sebuah perusahaan besar di Indonesia (anda tahu Astra Internasional
bukan?) yang sedang mencari karyawan. Dalam tes tertulisnya, mereka
hanya memberikan satu kasus untuk dijawab:

Anda sedang mengendarai motor ditengah malam gelap gulita dan hujan
lebat di sebuah daerah yang penduduknya sedang diungsikan semuanya
karena bencana banjir. Pemerintah setempat hanya bisa memberikan bantuan
1 buah bis yang saat ini juga sedang mengangkut orang-orang ke kota
terdekat. Saat itu juga Anda melewati sebuah perhentian bis satu-satunya
didaerah itu.

Di perhentian Bis itu Anda melihat 3 orang yang merupakan orang terakhir
di daerah itu yang sedang menunggu kedatangan Bis :
- Seorang nenek tua yang sekarat
- Seorang dokter yang pernah menyelamatkan hidup Anda sebelumnya.
- Seseorang yang selama ini menjadi idaman hati Anda dan akhirnya Anda
temukan

Anda hanya bisa mengajak satu orang untuk membonceng Anda, siapakah yang
akan Anda ajak ? Dan jelaskan jawaban Anda mengapa Anda melakukan itu.
Sebelum Anda menjawab, ada beberapa hal yang perlu Anda
pertimbangkan:

Seharusnya Anda menolong nenek tua itu dulu karena dia sudah
sekarat.Jika tidak segera ditolong akan meninggal. Namun, kalo
dipikir-pikir, orang yang sudah tua memang sudah mendekati ajalnya.
Sedangkan yang lainnya masih sangat muda dan harapan hidup kedepannya
masih panjang.

Dokter itu pernah menyelamatkan hidup Anda. Inilah saat yang tepat untuk
membalas budi kepadanya. Tapi kalo dipikir, kalo sekedar membalas budi
bisa lain waktu khan. Namun,kita tidak akan pernah tau kapan kita
mendapatkan kesempatan itu lagi.

Mendapatkan idaman hati adalah hal yang sangat langka.Jika kali ini Anda
lewatkan, mungkin Anda tidak akan pernah ketemu dia lagi.Dan impian Anda
akan kandas selamanya.

Jadi yang mana yang Anda pilih ?
Jawab dulu sesuai naluri, nalar & kata hati anda dulu... Baru buka
contekannya dibawah ini. Kayaknya banyak dari antara anda yg akan salah
menjawab Untuk direnungkan saja (ndak usah serius-serius
amat):

Dari sekitar 2000-an orang pelamar hanya 1 orang yang diterima bekerja
di perusahaan itu. Orang tersebut tidak menjelaskan jawabannya, hanya
menulis dengan singkat

"Saya akan memberikan kunci motor saya kepada sang dokter dan meminta
dia untuk membawa nenek tua yang sedang sekarat tersebut untuk ditolong
segera.
Sedangkan saya sendiri akan tetap tinggal disana dengan sang idaman hati
saya untuk menunggu Bis kembali menolong kami."

Maka sang HRD yg mulai kecewa dgn hasil seleksi para pelamar (sebab byk
yg gagal dan penjelasannya tidak memuaskan, egois, tidak perduli sesama
dsb.) akhirnya lega sekali. Tugasnya selesai...sudah ditemukannya sang
calon karyawan tersebut. Dan diterimanyalah calon karyawan tersebut dan
langsung mendapat "kualifikasi smart & brilliant employee, prospectfull
career".

MESSAGE:
Terkadang...dengan rela untuk melepaskan sesuatu yang kita miliki,
mengakui segala keterbatasan yang kita miliki dan melepaskan semua
keinginan kita untuk sesuatu yang lebih mulia, kita akan mendapatkan
sesuatu yang jauh lebih besar...... yaitu kejujuran dan keberanian kita
utk berkata yang sebenarnya tanpa bermaksud 'menutupi kebenaran itu'.

Anda tau nasib sang karyawan tadi?....Sekarang dia sudah menjadi seorang
Menperindag Indonesia. Ya dia......si "Rini Suwandi"...

Short story

Little girl and her father were crossing a bridge.
The father was kind of scared so he asked his little daughter,

'Sweetheart, please hold my hand so that you don't fall into the river.'

The little girl said, 'No, Dad. You hold my hand.'
'What's the difference?' Asked the puzzled father.

'There's a big difference,' replied the little girl.


'If I hold your hand and something happens to me,

chances are that I may let your hand go.

But if you hold my hand, I know for sure that no matter what happens,

you will never let my hand go.'



In any relationship, the essence of trust is not in its bind, but in its bond.


So hold the hand of the person who loves you rather than expecting them to hold yours...
This message is too short......but carries a lot of Feelings.

Adakah racun dalam dirimu

cerita motivasi

Dahulu kala dinegeri Cina adalah seorang gadis bernama Li-li.Ia baru
menikah dan tinggal di rumah mertuanya.
Dalam waktu singkat ia tahu bahwa ia sangat tidak cocok tinggal
serumah bersama ibu mertuanya,karakter mereka sangat jauh
berbeda.Dan Li-li sangat tidak menyukai kebiasaan ibu mertuanya.
Hari berganti hari,bulan berganti bulan Li-li dan ibu mertuanya
tidak pernah berhenti berdebat dan bertengkar.
Yang paling Li-li kesal adalah adat kuno Cina yang mengharuskan ia
harus selalu menundukkan kepala untuk menghormati mertuanya dan
mentaati segala kemauannya.
Semua kemarahan dan ketidak bahagiaan didalam rumah itu menyebabkan
kesedihan yang mendalam pada hati suami Li-li yang berjiwa sederhana.
Akhirnya Li-li merasa tidak tahan lagi terhadap sifat buruk dan
kelakuan ibu mertuanya dan ia benar-benar bertekad untuk melaukan
sesuatu.
Li-li menjumpai seorang teman ayahnya seorang sinshe yang bernama
Wang yang mempunyai Toko Obat Cina.
Ia menceritakan semua situasinya dan minta dibuatkan ramuan racun
yang kuat untuk diberikan kepada ibu mertuanya.
Sinshe Wang berpikir keras sejenak lalu ia berkata:"Li- li,saya mau
membantu kamu menyelesaikan masalahmu tapi kamu harus mendengarkan
saya dan mentaati apa yang saya sarankan.
"Baik,saya akan mengikuti apa yang bapak katakan"
Sinshe Wang masuk kedalam dan tak lama ia kembali dengan menggenggam
sebungkus ramuan."Kamu tidak bisa memakai racun yang keras yang
mematikan seketika untuk menyingkirkan mertuamu karena hal itu akan
membuat semua orang curiga.
Oleh karena itu saya memberi kamu ramuan beberapa jenis tanaman obat
yang secara perlahan-lahan akan menjadi racun ditubuhnya."
Sinshe Wang melanjutkan, "Setiap hari,sediakan makanan yang enak-enak
dan masukan sedikit ramuan obat ini kedalamnya, lalu supaya tidak
ada yang curiga saat ia akan mati,kamu harus hati-hati sekali dan
bersikap sangat bersahabat dengannya,
jangan berdebat dengannya,taati semua kehendaknya dan perlakuan dia
seperti seorang ratu."
Li-li sangat senang. Ia berterimakasih kepada Sinshe Wang dan
buru-buru pulang kerumah untuk melaksanakan niatnya membunuh sang
ibu mertua.
Mingu demi mingu bulan demi bula berganti,setiap hari li-li melayani
mertuanya dengan makanan yang enak-enak yang sudah "dibumbuinya" .
Ia mengingat pesan sinshe Wang tenteang mencegah kecurigaan,maka ia
mulai belajar untuk mengendalikan amarahnya,mentaati perintah ibu
mertuanya dan memperlakukannya seperti ibu kandungnya sendiri.
Setelah enam bulan berlalu,suasana di dalam rumah berubah drastis.
Li-li sudah mampu mengendalikan amarahnya sedemikian rupa sehingga
ia menemukan dirinya tidak lagi sering marah-marah atau kesal.
Ia tidak pernah lagi berdebat dengan ibu mertuanya.Selama enam bulan
terakhir ia mendapatkan ibu mertuanya kini lebih ramah padanya.
Sikap sang ibu mertua terhadap Li-li telah berubah dan mulai
mencintai Li-li seperti puterinya sendiri.Ia terus menceritakan
kepada kawan-kawannya dan sanak familinya bahwa Li-li adalah menantu
yang paling baik yang ia peroleh.
Li-li dan ibu mertuanya saling memperlakukan satu sama lain seperti
layaknya seorang ibu dan anak sesungguhnya.
Suami Li-li sangat bahagia menyaksikan semua yang terjadi.
Suatu hari Li-li pergi menjumpai sinshe Wang dan meminta bantuannya
sekali lagi.Ia berkata,"Pak Wang,tolong saya untuk mencegah supaya
racun yang saya berikan kepada ibu mertua saya janagn sampai
membunuhnya! "
ia telah berubah menjadi seorang ibu yang begitu baik sehingga saya
sangat mencintainya seperti ibu saya sendiri.Saya tidak mau ia mati
karena racun yang saya berikan padanya.."
Sinshe Wang tersenyum dan mengangguk-anggukka n
kepalanya:"Li- li,tidak ada yang perlu kamu khawatirkan. Saya tidak
pernah memberi kamu racun.
Ramuan yang saya berikan kepadamu hanyalah ramuan penguat badan
untuk menjaga kesehatan beliau.Satu- satunya racun yang ada adalah
yang terdapat didalam pikiranmu sendiri dan di dalam sikapmu
terhadapnya. ."
"Tetapi semuanya telah disapu bersih dengan cinta yang kamu berikan
kepadanya.."
==========
Sadarkah anda bahwa sebagaimana anda memperlakukan orang lain maka
demikianlah persis bagaimana mereka akan memperlakukan anda?
Ada pepatah Cina kuno berkata :"Orang yang mencintai orang lain akan
dicintai juga sebagai balasannya."

Kamis, 24 Juli 2008

Ada tetesan terakhir setelah tetesan terakhir

Ada Tetesan Setelah Tetesan Terakhir

Pasar malam dibuka di sebuah kota . Penduduk menyambutnya dengan gembira. Berbagai macam permainan, stand makanan dan pertunjukan diadakan. Salah satu yang paling istimewa adalah atraksi manusia kuat.


Begitu banyak orang setiap malam menyaksikan unjuk kekuatan otot manusia kuat ini.

Manusia kuat ini mampu melengkungkan baja tebal hanya dengan tangan telanjang. Tinjunya dapat menghancurkan batu bata tebal hingga berkeping-keping.

Ia mengalahkan semua pria di kota itu dalam lomba panco. Namun setiap kali menutup pertunjukkannya ia hanya memeras sebuah jeruk dengan genggamannya. Ia memeras jeruk tersebut hingga ke tetes terakhir.


'Hingga tetes terakhir', pikirnya.

Manusia kuat lalu menantang para penonton: "Hadiah yang besar kami sediakan kepada barang siapa yang bisa memeras hingga keluar satu tetes saja air jeruk dari buah jeruk ini!"

Kemudian naiklah seorang lelaki, seorang yang atletis, ke atas panggung. Tangannya kekar. Ia memeras dan memeras... dan menekan sisa jeruk... tapi tak setetespun air jeruk keluar. Sepertinya seluruh isi jeruk itu sudah terperas habis. Ia gagal. Beberapa pria kuat lainnya turut mencoba, tapi tak ada yang berhasil. Manusia kuat itu tersenyum-senyum sambil berkata : "Aku berikan satu kesempatan terakhir, siapa yang mau mencoba?"

Seorang wanita kurus setengah baya mengacungkan tangan dan meminta agar ia boleh mencoba. "Tentu saja boleh nyonya. Mari naik ke panggung." Walau dibayangi kegelian di hatinya, manusia kuat itu membimbing wanita itu naik ke atas pentas. Beberapa orang tergelak-gelak mengolok-olok wanita itu. Pria kuat lainnya saja gagal meneteskan setetes air dari potongan jeruk itu apalagi ibu kurus tua ini. Itulah yang ada di pikiran penonton.

Wanita itu lalu mengambil jeruk dan menggenggamnya. Semakin banyak penonton yang menertawakannya. Lalu wanita itu mencoba memegang sisa jeruk itu dengan penuh konsentrasi. Ia memegang sebelah pinggirnya, mengarahkan ampas jeruk ke arah tengah, demikian terus ia ulangi dengan sisi jeruk yang lain. Ia terus menekan serta memijit jeruk itu, hingga akhirnya memeras... dan "ting!" setetes air jeruk muncul terperas dan jatuh di atas meja panggung.

Penonton terdiam terperangah. Lalu cemoohan segera berubah menjadi tepuk tangan riuh.


Manusia kuat lalu memeluk wanita kurus itu, katanya, "Nyonya, aku sudah melakukan pertunjukkan semacam ini ratusan kali. Dan, banyak orang pernah mencobanya agar bisa membawa pulang hadiah uang yang aku tawarkan, tapi mereka semua gagal. Hanya Anda satu-satunya yang berhasil memenangkan hadiah itu.


Boleh aku tahu, bagaimana Anda bisa melakukan hal itu?"

"Begini," jawab wanita itu, "Aku adalah seorang janda yang ditinggal mati suamiku. Aku harus bekerja keras untuk mencari nafkah bagi hidup kelima anakku.

Jika engkau memiliki tanggungan beban seperti itu, engkau akan mengetahui bahwa selalu ada tetesan air walau itu di padang gurun sekalipun. Engkau juga akan mengetahui jalan untuk menemukan tetesan itu. Jika hanya memeras setetes air jeruk dari ampas yang engkau buat, bukanlah hal yang sulit bagiku".

Selalu ada tetesan setelah tetesan terakhir. Aku telah ratusan kali mengalami jalan buntu untuk semua masalah serta kebutuhan yang keluargaku perlukan.


Namun hingga saat ini aku selalu menerima tetes rahmat untuk hidup keluargaku. Aku percaya Tuhanku hidup dan aku percaya tetesan rahmat-Nya tidak pernah kering, walau mata jasmaniku melihat semuanya telah kering. Aku punya alasan untuk menerima jalan keluar dari masalahku. Saat aku mencari, aku menerimanya karena ada Allah yang mengasihiku.

"Bila Anda memiliki alasan yang cukup kuat, Anda akan menemukan jalannya", demikian kata seorang bijak.

Seringkali kita tak kuat melakukan sesuatu karena tak memiliki alasan yang cukup kuat untuk menerima hal tersebut. (Bits & Pieces, The Economics Press)

Catatan khusus seorang pramugari

Saya adalah seorang pramugari biasa dari China Airline, karena bergabung dengan perusahaan penerbangan hanya beberapa tahun dan tidak mempunyai pengalaman yang mengesankan, setiap hari hanya melayani penumpang dan melakukan pekerjaan yang monoton.

Pada tanggal 7 Juni yang lalu saya menjumpai suatu pengalaman yang membuat perubahan pandangan saya terhadap pekerjaan maupun hidup saya.

Hari ini jadwal perjalanan kami adalah dari Shanghai menuju Peking , penumpang sangat penuh pada hari ini.

Diantara penumpang saya melihat seorang kakek dari desa, merangkul sebuah karung tua dan terlihat jelas sekali gaya desanya, pada saat itu saya yang berdiri dipintu pesawat menyambut penumpang kesan pertama dari pikiran saya ialah zaman sekarang sungguh sudah maju seorang dari desa sudah mempunyai uang untuk naik pesawat.

Ketika pesawat sudah terbang, kami mulai menyajikan minuman, ketika melewati baris ke 20, saya melihat kembali kakek tua tersebut, dia duduk dengan tegak dan kaku ditempat duduknya dengan memangku karung tua bagaikan patung.

Kami menanyakannya mau minum apa, dengan terkejut dia melambaikan tangan menolak, kami hendak membantunya meletakan karung tua diatas bagasi tempat duduk juga ditolak olehnya, lalu kami membiarkannya duduk dengan tenang, menjelang pembagian makanan kami melihat dia duduk dengan tegang ditempat duduknya, kami menawarkan makanan juga ditolak olehnya.

Akhirnya kepala pramugari dengan akrab bertanya kepadanya apakah dia sakit, dengan suara kecil dia mejawab bahwa dia hendak ke toilet tetapi dia takut apakah dipesawat boleh bergerak sembarangan, takut merusak barang didalam pesawat.

Kami menjelaskan kepadanya bahwa dia boleh bergerak sesuka hatinya dan menyuruh seorang pramugara mengantar dia ke toilet, pada saat menyajikan minuman yang kedua kali, kami melihat dia melirik ke penumpang disebelahnya dan menelan ludah, dengan tidak menanyakannya kami meletakan segelas minuman teh dimeja dia, ternyata gerakan kami mengejutkannya, dengan terkejut dia mengatakan tidak usah, tidak usah, kami mengatakan engkau sudah haus minumlah, pada saat ini dengan spontan dari sakunya dikeluarkan segenggam uang logam yang disodorkan kepada kami, kami menjelaskan kepadanya minumannya gratis, dia tidak percaya, katanya saat dia dalam perjalanan menuju bandara, merasa haus dan meminta air kepada penjual makanan dipinggir jalan dia tidak diladeni malah diusir. Pada saat itu kami mengetahui demi menghemat biaya perjalanan dari desa dia berjalan kaki sampai mendekati bandara baru naik mobil, karena uang yang dibawa sangat sedikit, hanya dapat meminta minunam kepada penjual makanan dipinggir jalan itupun kebanyakan ditolak dan dianggap sebagai pengemis.

Setelah kami membujuk dia terakhir dia percaya dan duduk dengan tenang meminum secangkir teh, kami menawarkan makanan tetapi ditolak olehnya.

Dia menceritakan bahwa dia mempunyai dua orang putra yang sangat baik, putra sulung sudah bekerja di kota dan yang bungsu sedang kuliah ditingkat tiga di Peking . anak sulung yang bekerja di kota menjemput kedua orang tuanya untuk tinggal bersama di kota tetapi kedua orang tua tersebut tidak biasa tinggal dikota akhirnya pindah kembali ke desa, sekali ini orang tua tersebut hendak menjenguk putra bungsunya di Peking, anak sulungnya tidak tega orang tua tersebut naik mobil begitu jauh, sehingga membeli tiket pesawat dan menawarkan menemani bapaknya bersama-sama ke Peking, tetapi ditolak olehnya karena dianggap terlalu boros dan tiket pesawat sangat mahal dia bersikeras dapat pergi sendiri akhirnya dengan terpaksa disetujui anaknya.

Dengan merangkul sekarung penuh ubi kering yang disukai anak bungsunya, ketika melewati pemeriksaan keamanan dibandara, dia disuruh menitipkan karung tersebut ditempat bagasi tetapi dia bersikeras membawa sendiri, katanya jika ditaruh ditempat bagasi ubi tersebut akan hancur dan anaknya tidak suka makan ubi yang sudah hancur, akhirnya kami membujuknya meletakan karung tersebut di atas bagasi tempat duduk, akhirnya dia bersedia dengan hati-hati dia meletakan karung tersebut.

Saat dalam penerbangan kami terus menambah minuman untuknya, dia selalu membalas dengan ucapan terima kasih yang tulus, tetapi dia tetap tidak mau makan, meskipun kami mengetahui sesungguhnya dia sudah sangat lapar, saat pesawat hendak mendarat dengan suara kecil dia menanyakan saya apakah ada kantongan kecil? dan meminta saya meletakan makanannya di kantong tersebut. Dia mengatakan bahwa dia belum pernah melihat makanan yang begitu enak, dia ingin membawa makanan tersebut untuk anaknya, kami semua sangat kaget.

Menurut kami yang setiap hari melihat makanan yang begitu biasa dimata seorang desa menjadi begitu berharga.

Dengan menahan lapar disisihkan makanan tersebut demi anaknya, dengan terharu kami mengumpulkan makanan yang masih tersisa yang belum kami bagikan kepada penumpang ditaruh didalam suatu kantongan yang akan kami berikan kepada kakek tersebut, tetapi diluar dugaan dia menolak pemberian kami, dia hanya menghendaki bagian dia yang belum dimakan tidak menghendaki yang bukan miliknya sendiri, perbuatan yang tulus tersebut benar-benar membuat saya terharu dan menjadi pelajaran berharga bagi saya.

Sebenarnya kami menganggap semua hal tersebut sudah berlalu, tetapi siapa menduga pada saat semua penumpang sudah turun dari pesawat, dia yang terakhir berada di pesawat. Kami membantunya keluar dari pintu pesawat, sebelum keluar dia melakukan sesuatu hal yang sangat tidak bisa saya lupakan seumur hidup saya, yaitu dia berlutut dan menyembah kami, mengucapkan terima kasih dengan bertubi-tubi, dia mengatakan bahwa kami semua adalah orang yang paling baik yang dijumpai, kami di desa hanya makan sehari sekali dan tidak pernah meminum air yang begitu manis dan makanan yang begitu enak, hari ini kalian tidak memandang hina terhadap saya dan meladeni saya dengan sangat baik, saya tidak tahu bagaimana mengucapkan terima kasih kepada kalian.

Semoga Tuhan membalas kebaikan kalian, dengan menyembah dan menangis dia mengucapkan perkataannya. Kami semua dengan terharu memapahnya dan menyuruh seseorang anggota yang bekerja dilapangan membantunya keluar dari lapangan terbang.

Selama 5 tahun bekerja sebagai pramugari, beragam-ragam penumpang sudah saya jumpai, yang banyak tingkah, yang cerewet dan lain-lain, tetapi belum pernah menjumpai orang yang menyembah kami, kami hanya menjalankan tugas kami dengan rutin dan tidak ada keistimewaan yang kami berikan, hanya menyajikan minuman dan makanan, tetapi kakek tua yang berumur 70 tahun tersebut sampai menyembah kami mengucapkan terima kasih, sambil merangkul karung tua yang berisi ubi kering dan menahan lapar menyisihkan makanannya untuk anak tercinta, dan tidak bersedia menerima makanan yang bukan bagiannya, perbuatan tersebut membuat saya sangat terharu dan menjadi pengalaman yang sangat berharga buat saya dimasa datang yaitu jangan memandang orang dari penampilan luar tetapi harus tetap menghargai setiap orang dan mensyukuri apa yang kita dapat.