Minggu, 20 Juli 2008

Cinta Seorang Ibu

CINTA SEORANG IBU

Alkisah di sebuah desa, ada seorang ibu yang sudah tua, hidup berdua
dengan anak satu-satunya. Suaminya sudah lama meninggal karena sakit.

Sang ibu sering kali merasa sedih memikirkan anak satu-satunya. Anaknya
mempunyai tabiat yang sangat buruk yaitu suka mencuri, berjudi, mengadu
ayam dan banyak lagi. Ibu itu sering menangis meratapi nasibnya yang
malang. Namun ia sering berdoa memohon kepada Tuhan:

'Tuhan tolong sadarkan anakku yang kusayangi, supaya tidak berbuat dosa
lagi. Aku sudah tua dan ingin menyaksikan dia bertobat sebelum aku
mati.'

Namun semakin lama si anak semakin larut dengan perbuatan jahatnya,
sudah sangat sering ia keluar masuk penjara karena kejahatan yang
dilakukannya. Suatu hari ia kembali mencuri di rumah penduduk desa,
namun malang dia tertangkap. Kemudian dia dibawa ke hadapan raja utk
diadili dan dijatuhi hukuman pancung. Pengumuman itu diumumkan ke
seluruh desa, hukuman akan dilakukan keesokan hari di depan rakyat desa
dan tepat pada saat lonceng berdentang menandakan pukul enam pagi.

Berita hukuman itu sampai ke telinga si ibu. Dia menangis meratapi anak
yang dikasihinya dan berdoa berlutut kepada Tuhan, 'Tuhan ampuni anak
hamba, biarlah hamba yang sudah tua ini yang menanggung dosanya.'

Dengan tertatih-tatih dia mendatangi raja dan memohon supaya anaknya
dibebaskan. Tapi keputusan sudah bulat, anakknya harus menjalani
hukuman.. Dengan hati hancur, ibu itu kembali ke rumah. Tak hentinya dia
berdoa supaya anaknya diampuni, dan akhirnya dia tertidur karena
kelelahan. Dan dalam mimpinya dia bertemu dengan Tuhan.

Keesokan harinya, ditempat yang sudah ditentukan, rakyat ber-bondong2
manyaksikan hukuman tersebut. Sang algojo sudah siap dengan pancungnya
dan anak sudah pasrah dengan nasibnya. Terbayang di matanya wajah ibunya
yang sudah tua, dan tanpa terasa ia menangis menyesali perbuatannya.

Detik-detik yang dinantikan akhirnya tiba. Sampai waktu yang ditentukan
tiba, lonceng belum juga berdentang. Sudah lewat lima menit dan suasana
mulai berisik, akhirnya petugas yang bertugas membunyikan lonceng
datang. Ia mengaku heran karena sudah sejak tadi dia menarik tali
lonceng tapi suara dentangnya tidak ada.

Saat mereka semua sedang bingung, tiba2 dari tali lonceng itu mengalir
darah. Darah itu berasal dari atas tempat di mana lonceng itu diikat.
Dengan jantung ber-debar2 seluruh rakyat menantikan saat beberapa orang
naik ke atas menyelidiki sumber darah.

Tahukah anda apa yang terjadi?

Ternyata di dalam lonceng ditemui tubuh si ibu tua dengan kepala hancur
berlumuran darah. Dia memeluk bandul di dalam lonceng yang menyebabkan
lonceng tidak berbunyi, dan sebagai gantinya, kepalanya yang terbentur
di dinding lonceng.

Seluruh orang yang menyaksikan kejadian itu tertunduk dan meneteskan air
mata. Sementara si anak meraung-raung memeluk tubuh ibunya yang sudah
diturunkan, menyesali dirinya yang selalu menyusahkan ibunya.

Ternyata malam sebelumnya si ibu dengan susah payah memanjat ke atas dan
mengikat dirinya di lonceng, memeluk bandul dalam lonceng untuk
menghindari hukuman pancung anaknya.

Demikianlah sangat jelas kasih seorang ibu untuk anaknya. Betapapun jahat
si anak, ibu akan tetap mengasihi sepenuh hidupnya.

Marilah kita mengasihi orang tua kita masing masing selagi kita masih
mampu, karena mereka adalah sumber kasih Tuhan bagi kita di dunia ini.

Sesuatu untuk dijadikan renungan untuk kita... agar kita selalu mencintai
sesuatu yang berharga yang tidak bisa dinilai dengan apapun.

Tidak ada komentar: