Kamis, 31 Juli 2008

Sepasang orang tua yang juga membutuhkan kasih sayang

Saya selalu berpikir bahwa orang tua juga harus sama seperti kita, bisa
menyesuaikan diri dengan perkembangan yang terjadi di dunia; teknologi
baru, informasi baru, system pengelolaan keuangan baru. Sampai pada
beberapa tahun terakhir ini saya baru menyadari bahwa mereka berusaha
mengejarnya dengan susah payah. Kebanyakan system remote-control yang
rumit, istilah-istilah teknis yang tidak dimengerti, sampai pada
pengelolaan keuangan yang masih asing bagi mereka. Akhir-akhir ini saya
baru menyadari bahwa tidak jarang orang tua saya menahan untuk tidak
membicarakan apa yang mereka ingin tanyakan, atau apa yang ingin mereka
lakukan, hanya karena takut mengganggu kami. Tulisan ini sungguh
merupakan artikel yang bagus.

Jika bukan karena perjalanan jauh kali ini, saya yang bodoh ini pasti
tidak akan mengetahuinya. Papa mama yang sudah merawat kami tanpa pamrih
selama ini, terutama Papa yang sudah pensiun belasan tahun yang lalu,
tanpa terasa menua begitu cepat. Kami lima bersaudara, tetapi hanya tiga
yang bisa berkumpul, memutuskan untuk menemani Papa Mama pergi
jalan-jalan ke Singapore. Dalam perjalanan di atas pesawat, selama 4 jam
Papa tidak pergi ke toilet. Meskipun kami sudah berusaha membujuknya,
tetapi ia tetap tidak bergeming. Setiap kami sampai ke suatu tempat
wisata, ia pun hanya masuk toilet kalau sudah terpaksa sekali. Suatu
kali, Papa masuk ke toilet lama sekali. Setelah keluar dan tidak melihat
kami, ia melihat kesana kemari. Sampai pada tahap ini saja, Papa juga
tidak membuka mulutnya untuk berteriak sehingga membuat kami
anak-anaknya kehilangan muka. Papa hanya berdiri kebingungan di tengah
kerumunan orang-orang asing, tetapi tetap tenang dan sabar menunggu
kemunculan anak-anaknya. Akhirnya saya mengerti mengapa Papa tidak mau
ke toilet saat jalan- jalan.

Dulu, masih kecil dan belum mengerti. Sering menertawakan Nenek yang
sudah berumur 80 tahun lebih, mengancingkan baju sendiri saja tidak
bisa. Lamban dan bodoh sekali! Pekerjaan yang begitu sederhana, mengapa
orang tua tidak bisa mengerjakannya dengan baik? Kita belum mengalaminya
tentu sulit untuk memahaminya. Usia makin lanjut, terkadang kaki dan
tangan ini tidak dapat diajak kompromi, tidak menuruti kemauan kita.
Saya masih berpikir bahwa antara Papa dengan Nenek ada perbedaan waktu
yang cukup lama, siapa tahu kalau tanpa terasa Papa sudah sampai di
tahap ini juga. Setelah itu, saya tidak berani bermain-main lagi,
setiap saya melihat ada perubahan pada raut muka Papa, pasti akan berkeras
untuk mengantarkannya ke toilet, dan saya sendiri akan berdiri menunggu
di depan pintu. Awalnya Papa merasa agak kurang nyaman, tetapi
pelan-pelan akhirnya terbiasa. Saat saya menemani Papa untuk pergi ke
toilet dalam perjalanan pulang di atas pesawat, tiba-tiba ia berbisik
mengatakan, "Sebenarnya saya tidak bisa mengunci pintu WC dalam
pesawat." Saya menepuk-nepuk bahunya dan berkata, "Tidak apa-apa."
Hati terasa pilu, dan ingin sekali memberitahukan adik-adik saya yang ikut
agar dalam perjalanan berikutnya juga membawa suami masing-masing,
supaya bisa lebih memperhatikan orang tua. Dan juga ingin mengatakan
kepada kakak yang tidak ikut dalam perjalanan ini bahwa uang masih bisa
dicari kembali, tetapi rejeki yang paling besar adalah orang tua yang
masih sehat dan masih bisa diajak untuk perjalanan jauh. Setelah masalah
mengenai toilet ini sudah terselesaikan, kelak kita bisa melakukan
perjalanan ke tempat yang lebih jauh lagi.

Satu perjalanan ini banyak memberikan hikmah bagi saya, sehingga saat
sudah diatas kereta api, tanpa terasa saya meneteskan air mata. mungkin
karena perasaan yang terlalu sensitive, atau juga karena mengkhawatirkan
keadaan Papa Mama. Karena tadinya kurang memperhatikan, menjadi kaget
melihat Papa Mama yang sudah menjadi tua dan lemah; tidak mempunyai
'bahu yang tegap dan kuat' untuk 'tempat perlindungan yang hangat'
seperti dulu lagi. Ternyata manusia super yang selalu membantu saya
untuk mengangkat langit diatas kepala, juga bisa menjadi tua.

Tidak ada komentar: